Rabu, 14 Mei 2008

SEMBILU

Itu sembilu. bukan pemilu. ataupun sepatu dan juga palu.
Aah, ketika kepala sedang tidak mampu mengatur emosi,
Kata-kata menjadi tidak bermakna dan begitu tereduksi.
ada apa ini? semalam adalah obrolan terakhir kita.. dan semuanya
masih tampak baik2 saja.. Aku sedang tidak berakting, entah dengan kamu.
Kita berbagi cerita, masih bersenda tawa.. kata2 rindu.. sayang..
Masih terucap dengan tulus.. dari dalam hati..

Lalu Pagi ini..
Semendung langit semenjak tiga hari yang lalu.
Sebuah sembilu menusuk ulu hingga ke hati ku.. Hatiku meleleh... lumer.. mencair..
Aku takut mati kalau aku tidak lagi membaca pesan singkat darimu di ponselku
Aku takut kepalaku tidak lagi mampu berpikir ketika tidak ada reply lagi darimu
Aku bahkan tidak mampu berdiri.. dan mengutarakan untuk sekedar bertanya..
Ada apa denganmu??
pertanda apa kah ini....?

Sebongkah batu besar menjatuhi tubuhku. Sesak. Dada ini sangat sesak.
Dua lobang hidungku seakan rapat dan tak mampu mengalirkan oksigen kedalam otak.
Aku kaku. Aku kelu. Aku menjadi batu. Batu yang sangat rapuh.
Mengapa ini terjadi? ketika belum sepenuhnya termulai.
Mengapa harus berpisah? ketika belum lagi berjumpa?
Mengapa harus disudahi? ketika hati hampir sepenuhnya teryakini?
Mengapa.... dan jutaan mengapa lainnya..

Sesingkat angin berlalu.. Sesingkat itu pula hadirmu..
Menyegarkan..walau hanya sebentar..
Berarti... walau tanpa sebuah interaksi..
Walau hati ini ingin berteriak: TOLONG TETAP DISINI..
Namun angin telah membawamu pergi

Aku hanya ingin berpesan.. Tapi tidak untuk memberi ajar
Jangan kau hindari... Jangan kau pungkiri..
Bicaralah dengan bahasa yang kita bisa sama-sama mengerti..
Dinginkan hati... redamlah emosi... Jangan kau benar-benar pergi...
Selesaikan disini.. dan jika memang ini harus di akhiri
Akhirilah dengan Indah....

Seperti lagu yang kunyanyikan di hari kamis biru minggu yang lalu..
PASRAH...
Biarlah semua akan kupasrahkan padanya ILAHI..

Tidak ada komentar: